MAKALAH
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu
Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra.
Ismi Rahayu M.Pd.
Disusun oleh :
Vip Valiant Abdurahman Alim
(1401412374)
Rombel
1C
PGSD
UNNES UPP TEGAL
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Makalah ini merupakan makalah pertama
yang kami buat tentang bahasan Permasalahan Pendidikan. Sebagaimana dalam
makalah kami yang pertama ini, makalah ini bermaksud untuk menyumbangkan
sebagian pengetahuan yang telah kami diskusikan dengan berbagai sumber
tentunya. Diharapkan pembaca dapat memiliki wawasan yang luas, arif, dan
bijaksana dalam menelaah dan menyikapi problematika tentang Permasalahan
Pendidikan.
Selain hal tersebut, harapan yang lebih
besar adalah jika pembaca mampu memecahkan secara professional dan ilmiah. Kepada
teman-teman yang telah meluangkan waktu , curahan tenaga dan pikiranya untuk
menghasilkan makalah ini disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi
pembaca dan dapat member sumbangsi yang positif bagi kita semua. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangan, dan kami mengaharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan laporan ini.
Tegal, 06 Desember
2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
....................................................................................................................
i
Daftar Isi
.............................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
.................................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah
...............................................................................................................
2
C.
Tujuan
................................................................................................................................ 2
BAB II ISI
A.
Tantangan-Tantangan
Pendidikan Indonesia .......................................................................
3
B.
Permasalahan
Pendidikan
.................................................................................................... 5
C. Keterkaitan
antara Jenis Masalah Pendidikan dengan Kebijakan Pendidikan
...................
7
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
........................................................................................................................ 10
B. Saran
................................................................................................................................... 10
Daftar
Pustaka
.................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Indonesia memiliki kekayaan alam
yang melimpah ruah, begitupun dengan sumber daya manusianya. Namun di sisi
lain, masih banyak sekali permasalahan yang timbul akibat rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Dapat
diketahui bahwasanya kategori pendidikan rata rata di Negara kita sangatlah
rendah. Sebagian besar dari mereka hanya mengenyam pendidikan sekolah menengah
pertama saja, itu pun hanya dari mereka yang lahir mulai dari tahun 90’an,
tetapi untuk tahun di bawah 90’itu sangatlah sedikit, bahkan dapat dikatakan
hampir tak ada karena kebanyakan dari
mereka hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar saja. Sungguh ironis memang jika
melihat kenyataan seperti itu. Untuk memeprjelas fakta tentang hal tersebut,
ada beberapa data yang sangat menyedihkan bila kita melihatnya.
Menurut
UNESCO (2000)
tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per
kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99
(1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Sedangkan menurut survei Political
and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada
pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah
Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia
memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57
negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama
Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi
dari 53 negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang
rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di
Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia
dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia
ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam
kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh
sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program
(DP).
2.
RUMUSAN
MASALAH
1. Hal
apa saja yang menjadi tantangan pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana
permasalahan pendidikan di Indonesia?
3. Hal
apa saja yang berkaitan antara permasalahan pendidikan dengan kebijakan
pendidikan?
3.
TUJUAN
1. Menjelaskan
tantangan apa saja yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia.
2. Menjelaskan
permasalahan pendidikan di Indonesia.
3. Menjelaskan
keterkaitan antara permasalahan pendidikan dengan kebijakan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tantangan-tantangan
pendidikan Indonesia
a. Tantangan Kecenderungan Global.
Menjelang dua puluh
lima tahun usia kita dalam pembangunan nasional khususnya dalam sektor
pendidikan telah membuahkan banyak hasil yang membesarkan hati di samping
banyak masalah masalah yang muncul akibat keberhasilan yang di capai itu.
Keberhasilan sejak pelita I jumlah murid SD berlipat hamper dua kali, SLTP
berlipat tiga kali, SLTA berlipat 4,7 kali dan mahasiswa hamper enam kali lipat
jumlahnya.
Pada abad yang penuh
tantangan ini, dunia akan di tandai dengan beberapa perubahan penting dalam
berbagai bidang kehidupan. Dari beberapa pengalaman dan perkiraan, telah diketahui
bahwa perubahan masyarakat pertanian dan
perikanan telah ke masyarakat industry
dan pasca industry dan selanjutnaya ke masyarakat informasi. Industri industry
manufaktur telah menggantikan industry tradisional, sehingga dapat pula
dirasakan berbagai perubahan dari hal tersebut yang membuat masyarakat berubah
menjadi masyarakat modern.
Dibandingkan dengan negara
berkembang seperti Indonesia ini, mereka negara industri memiliki ciri ciri
yang lebih baik. Dapat dilihat dari kualitas melek huruf masyarakatnya,
pendidikan masyarakatnya, partisipasi masyarakat di dalamnya dan berbagai macam
aspek lainya,yang tentunya tidak serendah masyarakat di negara berkembang.
Menurut Tilaar (1991) menemukakan bahwa tingkat partisipasi untuk pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi di Negara Negara maju pada saat tinggal landas sudah mencapai 30 persen.
Sedangkan di Negara berkembang hanya berkisar 15 persen.
b. Tantangan Kecenderungan
Nasional
Indonesia
akan mengalami perubahan yang sangat mendasar
dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam abad 21 pertumbuhan penduduk di
Indonesia akan terus menurun. Dari data yang tersedia di BPS antara kurun waktu
1990-1995 pertumbuhanya masih tetap tinggi yaitu 1,7 persen per tahun. Dan akan
terus menurun pada 2015-2020 sampai 1,0 persen . Pertumbuhan penduduk yang relative masih
tinggi ini masih akan menjadi beban yang menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan
ekonomi.
Pergeseran
susunan umur penduduk Indonesia yang hanya memerlukan waktu 25-30 tahun
mendorong penyesuaian sasaran strategis. Separuh waktu dan kurun waktu
pembangunan nasional jangka panjang
kedua harus ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan pemuda dan mereka yang termasuk
usia produktif, dalam hal ini kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja harus
mendapat prioritas utama. Penduduk kelompok usia 13-18 tahun akan terus
membengkak dan arah pembangunan perlu ditujukan untuk memenuhi desakan
kebutuhan penduduk, usia tersebut. Pembangunan sarana pendidikan lanjutan
tingkat pertama sejak awal pembangunan jangka panjang kedua, seperti gedung
sekolah, penyediaan guru (D1, D2, D3 dan S1) dan fasilitas pendidikan lainya,
merupakan hal yang mendesak untuk ditanggulangi. Dengan demikian arah
pembangunan pendidikan akan segera bergeser dari perluasan pendidikan dasar
menjadi perluasan pendidikan lanjutan
pada awal kurun waktu, dan akan mulai bergeser ke pendidikan tinggi pada
kurun waktu akhir pembangunan jangka panjang kedua.
Pengalaman
dalam melaksanakan pembangunan jangka panjang kedua selama ini membuktikan
bahwa stabilitas nasional itu masih tetap merupakan prasyarat mutlak untuk
melaksanakan demokrasi pendidikan. Dalam proses transformasi social,
pertambahan rata rata penghasilan , dan tingkat pendidikan yang dicapai
penduduk akan merupakan pendorong yang kuat bagi tumbuhnya proposisi kelas
menengah. Dan merka adalah anggota-anggota masyarakat yang memeiliki nilai
kesejatian diri yang tinggi sebagai salah satu faktor penting dalam menigkatkan partisipasi politik.
Dalam
abad ke 21 yang penuh dengan tantangan pada berbagai bidang pembangunan
nasional, Indonesia akan berada dalam proses perubahan secara structural dalam berbagai
bidang kehidupan, termasuk bidang social, ekonomi dan industri yang sangat
pesat. Proses perubahan masyarakat tersebut akan mengundang masa peralihan yang
di tandai dengan perubahan nilai dan perilaku masyarakat. Hal ini cenderung
menciptakan situasi yang kurang menentu. Situasi yang sangat cepat tersebut
tentunya mendorong manusia untuk dapat mengikuti perkembangan, bahkan hal buruk
yang ditakuti adalah munculnya sifat individualisme, egoisme yang pada
gilirannya akan menyebabkan disintegrasi nasional.
B.
Permasalahan
Pendidikan
a.
Jenis-jenis
Permasalahan Pokok Pendidikan
Menurut Tilaar (1991)
mengidentifikasikan di dalam dunia pendidikan kita sekarang mengalami lima krisis
pokok antara lain meliputi : (1) kualitas, (2) relevansi, (3) elitisme, (4)
menajemen, dan masalah pemerataan pendidikan.
1) Kualitas Pendidikan
Inggris memasuki era industri pada
tahun 1840, tetapi pertumbuhanya sangat lamban karena penduduknya berkualitas
rendah. Sampai awal abad ke 20 penduduk Inggris masih menjadi beban
pembangunan. Penduduk Indonesia yang pada tahun 1990 berjumlah 184 juta, dengan
komposisi 72% tamat SD kebawah dan 40% bekerja di sector primer (dimana sekitar
29% menganggur tak kentara) jelas menjadi beban daripada modal pembangunan.
Pada pembangunan jangka panjang tahap II ini pendidikan menjadi sasaran utama
dan pertama untuk mendukung keberhasilan pembangunan.
Kualitas pendidikan yang mampu
menyumbang nilai tambah, sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Sungguhpun
sulit untuk menetapkan karakteristik yang digunakan untuk mengukur kualitas
pendidikan, namun beberapa indicator dapat digunakan sebagai rambu rambu untuk
mengukur kualitas pendidikan kita. Beberapa indicator tersebut adalah :
(1) Mutu guru yang masih rendah ada pada semua
jenjang pendidikan.
(2) Alat bantu proses
belajar mengajar seperti buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja
yang belum memadai.
(3) Tidak meratanya kualitas lulusan yang
dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan.
2) Relevansi pendidikan
Untuk mengejar kemampuan unggul
komperatif fungsi pendidikan dalam pembangunan ini perlu di alihkan dari fungsi
kesejahteraan rakyat menjadi pemberian beban untuk meningkatkan kualitas
manusia dan masyarakat agar mampu meberi nilai tambah yang unggul komperatif,
artinya produk tenaga kerja Indonesia mampu bersaing di pasar kerja, baik dalam
makna ekonomik, cultural maupun idiil.
Relevansi pendidikan atau efisiensi
eksternal suatu system itu dalam memasok tenaga-tenaga kerja trampil dalam
jumlah yang memadai bagi kebutuhan sector-sektor pembangunan. Apabila kita
melihat di Negara-negara berkembang tingkat pendidikan rata-rata dari
penganggur meningkat dari tahun ketahun, terutama setelah tahun 70an, disaat
pendidikan berkembang dengan pesat. Hubungan tingkat pendidikan dan
pengangguran dapat di gambarkan sebagai kurva U terbalik (Blaug 1974:9)
Wardiman Djojonegoro pada waktu
dilantik sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
tahun1993. Ia menyatakan bahwa dunia pendidikan di Indonesia sampai sekarang
masih mengalami krisis yang berkisar pada relevansi pendidikan dan mutu
pendidikan. Kritik yang banyak dilontarka adalah bahwa lembaga pendidikan di
Indonesia di nilai tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai, tidak adanya
kesesuaian antara output pendidikan dengan tuntutan perkembangan ekonomi akan
mengakibatakan kesenjangan okupasional. (Muchtar Buchori,1990:12). Meskipun isu
ini muncul sejak awal pelita I, dan masih menjadi masalah utama pada awal
pelita II, dan bahkan pelita III, ternyata sampai sekarang tetap menjadi isu
penting dan polemic para ahli pendidikan dan pengambil kebijakan pendidikan di
Negara kita. (Riwanto Tirtosudarmo,1993:247)
3) Elitisme
Yang dimaksud elitisme dalam
pendidikan ialah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah
menguntungkan kelompok masyarakat yang kecil atau yang justru mampu di tinjau
dari segi ekonomi. (Tilaar,1991:8)
4) Manajemen Pendidikan
Dalam kajian ekonomi, pendidikan
dapat di pandang sebagai suatu industri, sebagai suatu industry pengembangan
sumber daya manusia pendidikan harus dikelola secara professional. Ketiadaan
menajer professional ini yang melingkupi ke semua jenjang dan jenis pendidikan
menuntut adanya kerja keras dari berbagai pihak, untuk bisa tampil unggul dalam
dunia globalisasi,pendidikan bukan merupakan factor yang paling menentukan,
meskipun penting masih harus di perhitungkan dan di tingkatkan kekuatan
factor-faktor lain di samping pengelolaan sumber daya manusia dan alam, dan
sumber-sumber lain yang terbatas perlu di alokasikan secara tepat, tidak lupa
semangat komitmen dan kemauan politik kadang-kadang sangat menentukan keberhasilan
suatu program pendidikan yang diinginkan.
5) Pemerataan Pendidikan
Pada tahun-tahun awal repelita I,
Indonesia pernah mendapat rejeki nomplok karena melonjaknya harga minyak bumi.
Berkat minyak bumi, kita bisa memenuhi sebagian besar desakan aspirasi pendidikan,
terutama pada tingkat sekolah dasar. Melalui Inpres. Dengan inpres SD itu,
pemerintah telah meningkatkan mutu bangsa. Salah satu mutu bangsa dalah
ditandai dengan tingkat partisipasi pendidikan dasar, sekarang di Indonesia
angka partisipasi untuk sekolah dasar (SD) sudah hampir mencapai 100% (Santosa
S Hamijoyo:1991:11)
Laporan Bank Dunia No. 7841-IND,
Indonesia, Basic Education Study, June
30, 1989 menunjuk pada tingkat partisipasi 87%. Program besar pemerataan
kesempatan belajar di tingkat SD dan SMP dimulai pada pertengahan Repelita I
dan dilanjutkan pada Repelita-Repelita selanjutnya telah mengangkat tingkat
pembangunan manusia Indonesia pada angka 84. Bandingan dengan India, angka partisipasinya
menunjuk angka 66, Pakistan 29, Vienam 69, Malaysia 78, Philipina 95, dan Korea
Selatan menunjuk angka 96 (Human
Development Report, 1991. Dengan melihat data tersebut kita patut dikatakan
berhasil dalam meningkatkan pemerataan kesempatan belajar terutama di tingkat
SD. Namun demikian dalam demokrasi para ahli ekonomi, Durkhurst (1971), Devison
dan Fabriacant (1959) menyimpulkan bahwa mutu tenaga kerja mempunyai peranan
besar terhadap pertumbuhan ekonomi. (Noeng Muhadjir, 1986 : 3). Sementara itu
perencanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini belum mengarah kepada kebutuhan
lapangan kerja, apalagi mengantisipasi pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam dunia industri di masa mendatang.
C.
Keterkaitan
antara Jenis Masalah Pendidikan dengan Kebijakan Pendidikan
Pada
awal Repalita I keadaan pendidikan di Indonesia menunjukan beberapa
ketidakseimbangan yang antara lain meliputi :
1.
Ketidak seimbangan antara jumlah penduduk yang berumur cukup untuk sekolah
dengan jumlah fasilitas yang dapat disediakan bagi mereka.
2.ketidakseimbangan
pendidikan secara horizontal yaitu antara jenis dan bidang pendidikan. Hal ini
menimbulkan akibat kurang sesuainya persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan
tenaga kerja untuk pembangunan.
3.ketidakseimbangan
vertical yaitu perbandingan antara SD, SLTP,SLTA,Perguruan tinggi dam akademi.
Setelah beberapa ketidakseimbangan
tersebut masih banyak permasalahan yang harus dihadapi seperti kurangnya
fasilitas, banyaknya masyarakat yang masih buta huruf, rendahnya kualitas
pengajar, bahkan masalah drop out dll.
Untuk mengatasi beberapa masalah
tersebut Repelita I, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan seperti:
1.
Program pendidikan secara horizontal lebih di arahkan kepada
kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan latihan untuk sector-sektor pembangunan yang
di prioritaskan seperti pertanian, industry yang mendukung pertanian, industry
ringan dan kerajinan rakyat, prasarana serta pariwisata.
2.
Secara vertical program pendidikan di arahkan kepada perbaikan keseimbangan
dengan menitik beratkan kepada tingkat pendidikan menengah.
Kebijaksanaan tersebut dituangkan
dalam program-program seperti berikut: Program Peningkatan Mutu Pendidikan
Sekolah Dasar, Program Penambahan Pendidikan Kejuruan Pada Sekolah Lanjutan
Umun, Program Peningkatan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan, Program Peningkatan Pendidikan
Guru, Program Pendidikan Masyarakat dan Orang Dewasa, Program Pengembangan
Pendidikan, Program Pembinaan Kebudayaan dan Olah Raga, Program Pendidikan
Latihan Institusional, serta Program Peningkatan Penelitian (Makmuri Sukarno
dkk,1994:27)
Dalam Repelita II (1974/75-1978/79)
terdapat masalah-masalah pendidikan yang lebih khusus yang dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1.
Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengembangan system pendidikan,
pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan, perluasan mutu pendidikan pada
semua tingkat, perluasan kesempatan belajar, pengembangan system penyajian,
pendidikan diluar system sekolah (pendidikan non formal), usaha-usaha lain
dalam pembinaan generasi muda yang meliputi kelompok usia 15-24 tahun, pembangunan
system informasi dan kemampuan pengelolaan yang dapat diandalkan untuk
melaksanakan pembaharuan pendidikan, dan pengarahan penggunaan sumber-sumber
pembiyaan yang tersedia. (Repelita II, 1974:137-138)
2.
Dalam trilogy pembangunan pada masa Pelita II (1979/80-1983/84) Kebijaksanaan
Pendidikan diprioritaskan pada upaya
pemerataan, upaya ini dalam bidang pendidikan dirumuskan dari jalur kedua dari
delapan jalur pemerataan, yakni pemerataan dalam memperoleh kesempatan
pendidikan. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Repellita III yakni, titik
berat pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan selama pelita III adalah
penyediaan fasilitas belajar pada pendidikan dasar bagi anak yang berumur 7-12
tahun dan penampungan kelulusan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi
(Repelita TII.1979:347)
Sebagai kelanjutan kebujaksanaan
yang telah dilaksanakan pada Pelita III, maka pembangunan bidang pendidikan
pada Repelita IV yang menekankan pada berbagai bidang kegiatan yang bertujuan
untuk menghasilkan keseimbangan dan keserasian pendidikan nasional yang sangat
penting bagi pengembangan sumber daya manusia. Untuk mencapai yujuan tersebut
dalam Repelita IV, memprogramkan tiga kebijaksanaan umum dalam pembangunan
bidang pendidikan nasional yang antara lain meliputi: pendidikan seumur hidup,
pendidikan semesta menyeluruh dan terpadu, kebijaksanaan untuk membina kemajuan
adat, budaya dan persatuan. (Repelita IV,1984:526)
Sedangkan dalam Repelita V arah
kebijaksanaan pendidikan diprioritaskan pada berbaikan system dan multi
pendidikan dalam keseluruhan unsure, jenis, jalur dan jenjangnya. Kebijaksanaan
yang dimaksud meliputi: peningkatan mutu kurikulum, silabi, tenaga pengajar,
pelatih serta metodik sarana pengajar yang memungkinkan peningkatan kualitas
dan hasil pendidikan dan latihan. (Repelita V, 1989:590)
Beberapa kebijakan umum dalam
Repelita V antara lain: Meningkatkan pembudayaan nilai-nilai pancasila dalam
rangka mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Meningkatkan mutu pendidikan. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan. Menata kembali system pendidikan guru dan tenaga
pendidik lainya. Melaksanakan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan
agar dapat di hasilkan gagasan-gagasan baru yang berorientasi pada
penyempurnaan system pendidikan yang efisien. Penyeragaman mutu pendidikan
melalui pengembangan institusi dan pengujian untuk semua jenis dan jenjang
pendidikan, agar dapat diupayakan standartisasi mutu pendidikan baik secara
regional maupun nasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia pada dasarnya
masih rendah di bandingkan dengan Negara-negara maju lainya. Hal ini tentu saja
akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bangsa
ini. Kita memang telah berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam system pendidikan terdahulu. Namun tanpa adanya
kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, tentu tak akan
menghasilkan hasil yang memuaskan pula. Terkadang pemerintah selalu member
kemudahan-kemudahan bagi masyarakat agar mereka mampu mengenyam pendidikan
dengan baik, namun di sisi lain masyarakatpun tidak semuanya dapat memetik
hasil jerih payah pemerintah yang berusaha memberikan kemudahan itu.
Dengan kata lain, komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat harus selalu terbuka agar permasalahan pendidikan
yang di hadapi negeri ini dapat dikurangi bahkan hilang seiring berjalanya
waktu.
B. Saran
a.
Bagi pemerintah
Sebaiknya
pemerintah selalu mengevaluasi jalanya roda pendidikan di Indonesia, terkadang pemerintah
hanya memikirkan mereka yang muncul di permukaan saja, namun lupa terhadap
mereka yang berada di bawah, yang belum mampu merasakan manisnya pendidikan
dengan fasilitas yang lengkap dan memadai.
b.
Bagi masyarakat
Sebaiknya
masyarakat luas selalu mengikuti kebijakan-kebijakan pemerintah yang baru,
jangan sampai masyarakat tidak tahu menahu tentang apa program yang dicanangkan
pemerintah, ini tentunya akan menghambat proses menuju keberhasilan pendidikan.
c.
Bagi kita sebagai
mahasiswa
Tentu
kita merasa bahwa partisipasi kita sebagai mahasiswa yang di persiapkan untuk
menjadi tenaga pendidik harus mempunyai kualitas dan peranan aktif. Untuk itu,
kita sebaiknya ikut mensosialisasikan program-program pemerintah kepada
masyarakat dan ikut mengevaluasi apakah kebijakan yang di cetuskan pemerintah
baik bagi masyarakat ataukah tidak.
DAFTAR
PUSTAKA
Munib,Achmad,dkk. 2011 . Pengantar Ilmu
Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
makasih share makalahnya, sangat membantu, :)
BalasHapusCasino Slots Near Me - Mapyro
BalasHapusSee 888casino New 충청북도 출장샵 Jersey, 안산 출장마사지 New Jersey, United States of America best online 동두천 출장안마 casino and sportsbook. Mapyslots.com. Use your Zip Code 천안 출장마사지 or 김천 출장샵 Enter your zip code to check